acehtoday.com, Banda Aceh – Isu mengenai menurunnya selera generasi milenial di Amerika Serikat (AS) dalam melakukan hubungan seks sedang ramai diperbincangkan setelah hasil dari beberapa penelitian menunjukkan fakta itu.

Penelitian-penelitian itu termasuk yang dilakukan oleh New York Times pada tahun 2017, pendiri platform seks dan hubungan ‘Simply Oloni’ Dami Olonisakin yang dimuat di Guardian, dan oleh Kate Julian dalam karyanya berjudul ‘resesi seks’ yang diterbitkan oleh The Atlantic.

Namun, bukan hal itu yang menjadi topik utamanya. Melainkan, dampak dari ‘kebiasaan baru’ itu, seperti yang dijelaskan analis Jake Novak dalam hasil penelitiannya, yang dimuat di CNBC International pada Jumat (25/10/2019).

Dalam laporan itu, Novak mengatakan ‘resesi seks’ di kalangan milenial atau orang-orang muda dengan rentang usia 20-an hingga menjelang 40 tahun, bisa menimbulkan perlambatan ekonomi di AS yang mungkin saja mengarahkan negara pada resesi sesungguhnya.

Sebagai informasi, resesi diartikan dengan kemerosotan. Dalam ekonomi resesi diartikan sebagai kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

“Sejumlah penelitian baru-baru ini menyebut jatuhnya tingkat seks dan perkawinan disebabkan oleh teknologi dan peluang baru yang diberikan teknologi yang menyebabkan orang dewasa muda lebih senang menyendiri ketimbang berhubungan dengan manusia lainnya secara langsung … Semuanya, mulai dari pornografi online hingga video game canggih, hingga media sosial digunakan oleh banyak remaja sebagai pengganti kontak dengan manusia nyata, terutama untuk pria,” tulis Novak dalam penelitian itu.

Menurutnya, menurunnya tingkat sex dan menurunnya pernikahan mengindikasikan bahwa kaum milenial juga akan menunda aspek-aspek kedewasaan lainnya seperti membeli rumah atau mobil.

“Lebih sedikit orang yang membuat hubungan dewasa akan mengarah pada penurunan keduanya, dan Anda tidak perlu menjadi jenius ekonomi untuk mengetahui bahwa berkurangnya jumlah pernikahan dan anak-anak akan dapat melemahkan permintaan ekonomi secara keseluruhan.” Tambah Novak, seperti dikutip dari CCN.

Selain aspek ini, dalam penelitian itu Novak juga mengatakan bahwa kehidupan ekonomi kaum milenial juga jauh lebih buruk dibandingkan anggota kelompok demografis lainnya, sehingga hal ini turut berpengaruh dalam membuat mereka menunda pernikahan dan membangun keluarga.

Sebuah studi yang dilakukan Deloitte memperkirakan bahwa kekayaan bersih orang Amerika yang berusia 18 hingga 35 tahun telah anjlok 34% sejak 1996. Sementara itu, biaya pendidikan melonjak 65% selama 10 tahun terakhir dan biaya makanan naik 26%.

Tingkat utang untuk milenial di bawah usia 30 tahun juga telah naik 160% dari 2004 hingga 2017. Sementara rata-rata pertumbuhan pendapatan rumah tangga di bawah 7%.

Alasan lainnya yang menyebabkan ‘resesi seks’ menurut Novak adalah, karena kaum milenial enggan mengeluarkan dana untuk kencan. Oleh karenanya, jumlah pembelian bunga, tiket konser, dan biaya makan di restoran diperkirakan terpengaruh akibat keputusan ini.

Menurut data dari Survei Sosial Umum, pada 2018 ada 23% orang dewasa yang mengaku tidak melakukan hubungan seks dalam setahun. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa. Alasan untuk fenomena ini bersifat sosiologis dan ekonomis. Juga, karena semakin banyak orang dewasa muda yang masih hidup bersama orang tua mereka.

 

Ekonomi AS

Dalam tulisannya Novak percaya “resesi seks “bisa berpengaruh besar dan menjadi ancaman bagi ekonomi Amerika. Lalu bagaimana sebenarnya ekonomi AS sekarang? Apakah benar bakal menghadapi resesi?

Ekonomi AS memang mengalami perlambatan. Perang dagang antara negara tersebut dengan China serta geopolitik yang tidak menentu membuat ini terjadi.

Dari pembacaan pertama, diketahui pada kuartal III (Q-III) 2019 ini, AS mencatat pertumbuhan ekonomi 1,9%. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi analis yang memperkirakan ekonomi di kisaran 1,6%.

 

Meski demikian, angka ini menurun dari pertumbuhan Q-II lalu sekitar 2% dan Q-I sekitar 3%. Sementara secara keseluruhan di 2019, berdasarkan data Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), AS diprediksi hanya mampu tumbuh 2,4% dari sebelumnya di 2018 lalu sekitar 3%.

Berdasarkan sejumlah riset, banyak orang di AS percaya bahwa resesi di AS bakal terjadi tahun 2020 nanti. Dari laporan survei Metlife pada 8000 orang AS September lalu, yang dikutip dari Business Insider, sekitar 51% orang percaya bahwa AS akan resesi.

Peluang AS jatuh ke dalam resesi pada tahun 2020 juga dicatat sebesar 27% menurut Bloomberg Economy Index.

Jadi, apakah kurangnya gairah seksual milenial akan mempercepat pula kemungkinan resesi di AS? Kita lihat saja nanti. (sef/sef) [CNBC Indonesia ]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here